Namaku Rysa dan aku terlahir sama seperti anak-anak pada umumnya, tapi kehidupanku sangat berbeda jauh dengan anak-anak kebanyakan. Bahkan aku sendiri aja nggak tahu kenapa bisa ada didunia ini, hidupku hampa meskipun aku terlahir normal tanpa kekurangan. Orang-orang yang disekitarku seperti nggak mau melirikku, aku hanya dianggap anak yang leah dan tidak berguna.
Sampai-sampai aku bingung, stres harus bertanya pada siapa. Orang tuakupun seolah-olah juga nggak perduli denganku, aku merasa tidak berguna. Seperti sampah yang sepantasnya dijauhi, bahkan dibuang jauh sekalipun. Alone, itulah kenapa aku lebih senang sendirian daripada berkumpul dengan orang banyak.
Aku tumbuh menjadi anak yang introvert, nggak peduli bagaimana omongan orang-orang tentangku. Sendiri, sunyi sudah menjadi teman lamaku. Dia setia sekali menemaniku sampai sekarang ini, dan merekalah tempatku beradu ketika aku merasa terluka. Terluka karena merasa tidak dianggap, diremehkan oleh semua orang.
Hingga pada suatu titik aku sempat berpikir untuk mati aja, udah nggak ada gunanya lagi aku sebagai seorang anak. Rasanya pengen nangis, teriak sekenceng-kencengnya biar Tuhan denger. Biar Tuhan tahu bagaimana menderitanya aku dengan posisi yang seperti ini, dan pengen kembali kepadanya.
Dari kecil orang tuaku selalu melarangku untuk ini itu, aku tahu mereka ingin melakukan yang terbaik untukku. Aku yang sedari kecil patuh dengan peraturan dan larangan-larangan orang tuapun tumbuh menjadi anak yang cemen, dan itu membuat teman-teman disekolah menjauh dariku. Mereka menganggapku aneh.
Punya banyak teman yang disekolah tapi masih saja aku tak dianggap ada ditengah-tengah mereka. Aku bener-bener sendiri, lonely. Orang-orang nggak perduli sama aku, dan akupun nggak peduli sama mereka. Disekolah nilai gue juga pas-pasan, dan orang tuaku selalu menekanku untuk mempunyai nilai yang baik.
Aku selalu dibanding-bandingkan dengan anak-anak lain, dan saat itupun aku mengalami tekanan batin yang sangat dahsyat. Dimana disekolah aku tidak bisa diterima teman-temanku, dan dirumah akupun mendapatkan perlakuan yang membuatku semakin tertekan. Aku stres, tidak tahu harus berbuat apa lagi agar mereka semua tidak meremehkan diriku.
Kenapa mereka semua hanya memandang sikapku yang introvert itu dijadikan alasan untuk menginjak-nginjakku, apa salahku? Apa yang harus aku perbuat? Perasaan campur aduk dan bayangan-bayangan mereka sampai menggangguku meskipun aku sudah tertidur. Sampai kapan Tuhan aku terus hidup seperti ini terus.
Mungkin ini yang disebut proses pendewasaan, mereka ingin mengujiku saja. Aku mencoba untuk berpositif thinking, tapi itu semua tidak bisa. Cara mereka untuk mendewasakanku bisa dibilang terlalu memaksakan, mereka tak pernah memikirkan bagaimana perasaanku jika mereka berbuat seperti itu kepadaku.
Yang ada aku makin jadi seorang loser, aku jadi takut pada semua orang. Orang-orangpun nggak berpikiran untuk bagaimana mengajariku agar tidak jadi anak yan introvert, bahkan mereka tidak sadar bahwa aku ini butuh bimbingan. Membutuhkan arahan supaya berani dalam melakukan sesuatu, bukannya menyalahkanku ketika aku salah.
Perlakuan kasar mereka yang akhirnya terciptalah makhluk seperti aku, makhluk yang jauh dari kata normal. Jauh dari kata normal bukan berarti aku gila, tapi aku jadi anak yang introvert. Mereka tidak pernah mendukungku untuk berkembang dengan sendirinya, mereka hanya ingin aku tumbuh sesuai dengan harapan mereka.
Mendapatkan tekanan dari berbagai pihak bukan berarti aku terus down begitu saja, aku mncoba melakukan apa yang menurutku itu tebaik. Meskipun mereka tidak setuju dengan apa yang aku lakukan, kenapa aku harus mendengarkan kata-kata mereka jika mereka saja selalu mengacuhkanku? Aku bukan robot yang bisa kalian perlakukan sesuka hati kalian.
Aku ini manusia, kenapa kalian sebegitu jijiknya memandangku? Apa salahku? Atau kalian anggap aku ini hanya sampah yang kotor? Aku ini manusia. Lantas jika kalian menganggapku seperti itu lalu kalian ini apa? Sampah juga kan? Apakah kalian terima jika diperlakukan seperti itu? Enggak kan? Terus kenapa kalian melakukan hal itu padaku.
Seharusnnya kalian semua berpikir dua kali sebelum berbuat, aku tidak pernah angkat bicara bukan berarti aku takut. Aku hanya ingin kalian sadar dengan sendirinya, meskipun aku tidak tahu sampai kapan sabar mau berteman denganku. Rysa, ya inilah aku. Anak 17 tahun, yang masih saja menjadi pribadi yang introvert.
Tapi dalam kesendirianku ini aku masih punya Tuhan, aku masih punya orang-orang yang mau mencintaiku. Entah siapa orang-orang itu, tapi aku yakin Tuhan masih mau untuk menemaniku hambanya yang sedang bersedih. Short memory, selain introvert akupun juga anak yang mempunyai daya pikir yang pendek.
Terkadang aku lupa dengan kejadi-kejadian yang telah terjadi padaku, lengkap sudah penderitaan bagiku. Mereka pasti senang melihatku yang seperti ini, aku bingung juga bagaimana anak introvert sepertiku ini dapat berkembang. Anak-anak introvert lainnya mungkin mudah yang mendapatkan kepercayaan orang-orang sekitarnya, tapi berbanding terbalik dengan yang terjadi padaku.
Sampai akhirnya mulai bersikap tegas, aku sudah capek selalu dianggap remeh oleh mereka. Rysa yang sekarang ada dihadapan mereka bukan Rysa yang dengan mudahnya kalian remehkan, aku sudah dewasa dan harusnya aku bersikap seperti ini sejak dulu. Tapi Tuhan baru memberikan keberanian itu padaku, akhirnya aku bisa angkat bicara.
Aku sudah capek dan muak dengan mereka semua, sudah cukup sabar aku selama ini. Apa yang dulu aku impikan supaya mereka sadar apa yang telah mereka perbuat dan peduli denganku, tapi sikap mereka tetap saja terus begitu. Rysa capek! Dan inilah saatnya aku untuk menyadarkan kalian semuanya bahwa aku ini nggak lemah.
Banyak orang yang dahulu mengatakan aku ini aneh, hanya dipandang sebelah mata. Dan semoga saja kalian tidak menganggapku anak yang aneh lagi, aku hanya mempunyai kepribadian yang berbeda saja dengan anak-anak lainnya. Lebih suka sendiri, dan ia yang sudah memberikanku kebranian untuk bersikap seperti saat ini.
NB : gue kadang heran sih sama anak-anak yang aneh ini, orang-orang memandang mereka seperti sampah gitu aja. Sama seperti apa yang dialami Rysa, dia membutuhkan kepercayaan dari orang-orang sekitarnya untuk bisa berkembang tapi orang-orang sekitarnya malah meremehkannya. Jika ada yang tersinggung dengan tulisan gue ini, gue mau minta maaf. Gue cuma pengen kalian care dengan orang-orang seperti Rysa ini, supaya dia bisa tumbuh menjadi pribadi yang baik dan bukan menjadi anak yang introvert dan loser.